Kamis, 23 Februari 2017

Sejarah Desa Dangintukadaya



Sejarah Singkat Desa Dangintukadaya
            Menurut sumber yang mengetahui dan layak dipercaya disamping juga dipadukan dengan prasasti Druwe Jero Bakungan bahwa asal usul Desa Dangintukadaya berkaitan erat dengan keberadaan kerajaan Jimbarwana pada zaman Bahari dan Kerajaan Berangbang dan Kerajaan Jimbarwana diserang oleh I Gusti Ngurah Panji Sakti Raja Kerajaan Denbukit (Buleleng). Di dalam peperangan tersebut kalahlah Kerajaan Berangbang dan Kerajaan Jimbarwana serta sekaligus menjadi kekuasaan Kerajaan Denbukit (Buleleng). Dengan perdamaian Gelar (Perdamaian dilakukan di medan peperangan di lembah Gunung Merbuk dan sampai sekarang tempat tersebut bernama Gelar).
I Gusti Ngurah Giri Raja Kerajaan Berangbang dan I Gusti Pancoran Raja Kerajaan Jimbarwana ditunjuk sebagai Mangkubumi atas daerah kekuasaan masing-masing  dibawah Pengawasan Patih I Gusti Ngurah Tamblang. I Gusti Ngurah Tamblang adalah Patih dari Kerajaan Denbukit (Buleleng) yang memimpin Pasukan Goak untuk menggempur Kerajaan Berangbang dan Kerajaan Jimbarwana.Berkat jasanya itu, disamping beliau ditunjuk sebagai pengawas terhadap kedua Mangkubumi tersebut, juga beliau diberikan daerah kekuasaan khusus yaitu disebelah timur sungai aya. Disitulah kemudian beliau bermukim dengan diikuti oleh para Hulubalang dan prajurit-prajurit Kerajaan Denbukit (Buleleng).
Tidak berselang lama daerah pemukiman I Gusti Ngurah Tamblang berkembang dengan pesatnya dengan kedatangan imigran besar-besaran dari Denbukit (Buleleng). Membuka hutan blantara sekitarnya, dijadikan perladangan dan persawahan sehingga akhirnya daerah yang tadinya kecil lambat laun menjadi besar. Karena I Gusti Ngurah Tamblang pulang ke Denbukit (Buleleng), sebagai pengganti beliau ditunjuklah I Gusti Ngurah Meranggi. Untuk mengenang jasa-jasa I Gusti Ngurah Tamblang oleh Raja I Gusti Ngurah Panji Sakti, daerah kekuasaan I Gusti Ngurah Tamblang ditetapkan menjadi Kerajaan Tamblang dalam kesatuan Denbukit (Buleleng).
Dalam kepemimpinan I Gusti Meranggi atas Kerajaan Tamblang suasana kehidupan masyarakat antara masyarakat Kerajaan Jimbarwana dan masyarakat Kerajaan Berangbang dalam keadaan damai, aman, tentram dan sejahtera. Akan tetapi tanpa sama sekali diduga oleh Raja I Gusti Ngurah Meranggi, Raja Anak Agung Made Agung dari Kerajaan Denbukit (Buleleng) setelah peperangan sengit sekian lamanya, kalanya Kerajaan Denbukit (Buleleng) dan sekaligus menjadi kekuasaan kerajaan Mengwi termasuk juga daerah kekuasaan Kerajaan Tamblang, Kerajaan Jimbarwana dan Kerajaan Berangbang dibawah kekuasaan Raja Anak Agung Made Agung (Raja Mengwi) dalam proses selanjutnya Kerajaan Tamblang, Kerajaan Jimbarwana serta Kerajaan Berangbang oleh Anak Agung Made Agung dijadikan satu kerajaan yang diberi nama Kerajaan Jembrana.
Berdasarkan informasi yang menjadi Raja atas Kerajaan Jembrana adalah Keturunan Raja Kerajaan Mengwi silih berganti, sampai akhirnya pada Tahun 1928 Masehi dengan peperangan sengit kerajaan Jembrana mulai jatuh ketangan kerajaan Buleleng pada Tahun 1949 Masehi, pecahlah peperangan antara Kerajaan Buleleng melawan kolonialisme Hindia Belanda dengan jatuhnya benteng Jagaraga, jatuh pulalah kerajaan Buleleng dan Kerajaan Jembrana kedalam cengkraman Pemerintah Hindia Belanda. Ini berarti bahwa dengan kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda terhadap Raja-Raja yang wilayah kerajaannya dikuasai atau dijajah haruslah tunduk dan bekerja sama dengan Pemerintah Belanda. Pada masa Raja Kerajaan Jembrana (Anak Agung Made Rai) memegang tampuk Pemerintahan 1841 sampai dengan 1906 M, melakukan regristasi wilayah yang mana wilayah pendesaan yang dahulunya luas lalu dimekarkan atau dikembangkan menjadi beberapa pedesaan atau perbekelan.
Pada tahun 1950 M, Desa Jembrana yang juga merupakan pusat kerajaan lalu dikembangkan menjadi beberapa desa administratif dimana diantaranya Desa Dangintukadaya sekarang ini. Namun hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan dan keadatan masih tetap menjadi satu sebagai pekandel Kahyangan Tiga Jembrana dan Dang Kahyangan Pura Gede Perancak. Jadi berdasarkan bukti-bukti sejarah pada zaman Bahari sebagaimana yang diuraikan diatas maka asal mulanya Desa Dangintukadaya adalah sebagian atau bekas Daerah Kerajaan Tamblang yang wilayahnya berada disebelah timur dari sungai aya yang dalam bahasa balinya Dangintukadaya, yang selanjutnya dalam proses akhirnya menjadi Desa Dangintukadaya. Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai Pamong Desa adalah sebagai berikut :
-          Pan Gamong dari Tahun 1850 - 1885 sebagai Kelian Desa.
-          Pan Serubut dari Tahun 1885 - 1915 sebagai Kelian Desa.
-          Pan Mantra dari Tahun 1915 -1940 sebagai Perbekel Desa.
-          Pan Sangka dari Tahun 1940 - 1944 sebagai Perbekel Desa.
-          Ida Komang Raden dari Tahun 1944 - 1957 sebagai Perbekel Desa.
-          I Ketut Budra dari Tahun 1957 - 1970 sebagai Perbekel Desa.
-          I Ketut Dibya dari Tahun 1970 - 1993 sebagai Kepala Desa.
-          I Komang Sinatra dari Tahun 1993 - 1995 sebagai Pejabat Kepala Desa.
-          I Wayan Utama dari Tahun 1995 - 2000 sebagai Kepala Desa.
-          Ida Bagus Oka dari Tahun 2000 - 2006 sebagai Kepala Desa.
-          I Made Sudita, AP. MSi dari Tahun 2006 - 2007 sebagai Pejabat Kepala Desa.
-          I Made Sueca Antara, ST dari Tahun 2007 - 2008 sebagai Perbekel Desa.
-          Putu Agus Irawan SSTP. MSi dari Tahun 2008 - 2009 sebagai Pejabat Perbekel Desa.
-          I Gusti Putu Suarma dari Tahun 2009 sampai dengan sekarang sebagai Perbekel Desa.
Pada saat dipimpin Perbekel I Ketut Budra pada Tahun 1958 terjadi pembagian wilayah sesuai dengan derap langkah pembangunan dewasa ini, Desa Dangintukadaya membuat kembali Tata Pemerintahan Desa terdiri dari Tiga Banjar yaitu :
-          Banjar Dangintukadaya
-          Banjar Sebual
-          Banjar Yeh Mekecir
Setelah selesai menjabat Perbekel pada Tahun 1970 diganti oleh I Ketut Dibya dari tahun 1970, kembali terjadi pembagian wilayah atau pemekaran wilayah Banjar menjadi lima Banjar yaitu Banjar Dangintukadaya dimekarkan menjadi dua Banjar dan Banjar Yeh Mekecir dimekarkan menjadi dua Banjar yaitu :
-          Banjar Dangintukadaya
-          Banjar Munduk
-          Banjar Sebual
-          Banjar Yehmekecir
-          Banjar Munduk Kemoning

Tidak ada komentar:

Posting Komentar