Sejarah
Singkat Desa Dangintukadaya
Menurut sumber
yang mengetahui dan layak dipercaya disamping juga dipadukan dengan prasasti
Druwe Jero Bakungan bahwa asal usul Desa Dangintukadaya berkaitan erat dengan
keberadaan kerajaan Jimbarwana pada zaman Bahari dan Kerajaan Berangbang dan
Kerajaan Jimbarwana diserang oleh I Gusti Ngurah Panji Sakti Raja Kerajaan
Denbukit (Buleleng). Di dalam peperangan tersebut kalahlah Kerajaan Berangbang
dan Kerajaan Jimbarwana serta sekaligus menjadi kekuasaan Kerajaan Denbukit
(Buleleng). Dengan perdamaian Gelar (Perdamaian dilakukan di medan peperangan
di lembah Gunung Merbuk dan sampai sekarang tempat tersebut bernama Gelar).
I Gusti Ngurah Giri
Raja Kerajaan Berangbang dan I Gusti Pancoran Raja Kerajaan Jimbarwana ditunjuk
sebagai Mangkubumi atas daerah kekuasaan masing-masing dibawah Pengawasan Patih I Gusti Ngurah
Tamblang. I Gusti Ngurah Tamblang adalah Patih dari Kerajaan Denbukit
(Buleleng) yang memimpin Pasukan Goak untuk menggempur Kerajaan Berangbang dan
Kerajaan Jimbarwana.Berkat jasanya itu, disamping beliau ditunjuk sebagai
pengawas terhadap kedua Mangkubumi tersebut, juga beliau diberikan daerah
kekuasaan khusus yaitu disebelah timur sungai aya. Disitulah kemudian beliau
bermukim dengan diikuti oleh para Hulubalang dan prajurit-prajurit Kerajaan
Denbukit (Buleleng).
Tidak berselang lama
daerah pemukiman I Gusti Ngurah Tamblang berkembang dengan pesatnya dengan
kedatangan imigran besar-besaran dari Denbukit (Buleleng). Membuka hutan
blantara sekitarnya, dijadikan perladangan dan persawahan sehingga akhirnya
daerah yang tadinya kecil lambat laun menjadi besar. Karena I Gusti Ngurah
Tamblang pulang ke Denbukit (Buleleng), sebagai pengganti beliau ditunjuklah I
Gusti Ngurah Meranggi. Untuk mengenang jasa-jasa I Gusti Ngurah Tamblang oleh
Raja I Gusti Ngurah Panji Sakti, daerah kekuasaan I Gusti Ngurah Tamblang
ditetapkan menjadi Kerajaan Tamblang dalam kesatuan Denbukit (Buleleng).
Dalam kepemimpinan I
Gusti Meranggi atas Kerajaan Tamblang suasana kehidupan masyarakat antara
masyarakat Kerajaan Jimbarwana dan masyarakat Kerajaan Berangbang dalam keadaan
damai, aman, tentram dan sejahtera. Akan tetapi tanpa sama sekali diduga oleh
Raja I Gusti Ngurah Meranggi, Raja Anak Agung Made Agung dari Kerajaan Denbukit
(Buleleng) setelah peperangan sengit sekian lamanya, kalanya Kerajaan Denbukit
(Buleleng) dan sekaligus menjadi kekuasaan kerajaan Mengwi termasuk juga daerah
kekuasaan Kerajaan Tamblang, Kerajaan Jimbarwana dan Kerajaan Berangbang
dibawah kekuasaan Raja Anak Agung Made Agung (Raja Mengwi) dalam proses
selanjutnya Kerajaan Tamblang, Kerajaan Jimbarwana serta Kerajaan Berangbang
oleh Anak Agung Made Agung dijadikan satu kerajaan yang diberi nama Kerajaan
Jembrana.
Berdasarkan informasi
yang menjadi Raja atas Kerajaan Jembrana adalah Keturunan Raja Kerajaan Mengwi
silih berganti, sampai akhirnya pada Tahun 1928 Masehi dengan peperangan sengit
kerajaan Jembrana mulai jatuh ketangan kerajaan Buleleng pada Tahun 1949
Masehi, pecahlah peperangan antara Kerajaan Buleleng melawan kolonialisme
Hindia Belanda dengan jatuhnya benteng Jagaraga, jatuh pulalah kerajaan
Buleleng dan Kerajaan Jembrana kedalam cengkraman Pemerintah Hindia Belanda.
Ini berarti bahwa dengan kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda terhadap Raja-Raja
yang wilayah kerajaannya dikuasai atau dijajah haruslah tunduk dan bekerja sama
dengan Pemerintah Belanda. Pada masa Raja Kerajaan Jembrana (Anak Agung Made
Rai) memegang tampuk Pemerintahan 1841 sampai dengan 1906 M, melakukan
regristasi wilayah yang mana wilayah pendesaan yang dahulunya luas lalu
dimekarkan atau dikembangkan menjadi beberapa pedesaan atau perbekelan.
Pada tahun 1950 M, Desa
Jembrana yang juga merupakan pusat kerajaan lalu dikembangkan menjadi beberapa
desa administratif dimana diantaranya Desa Dangintukadaya sekarang ini. Namun
hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan dan keadatan masih tetap menjadi satu
sebagai pekandel Kahyangan Tiga Jembrana dan Dang Kahyangan Pura Gede Perancak.
Jadi berdasarkan bukti-bukti sejarah pada zaman Bahari sebagaimana yang
diuraikan diatas maka asal mulanya Desa Dangintukadaya adalah sebagian atau
bekas Daerah Kerajaan Tamblang yang wilayahnya berada disebelah timur dari
sungai aya yang dalam bahasa balinya Dangintukadaya, yang selanjutnya dalam
proses akhirnya menjadi Desa Dangintukadaya. Adapun nama-nama yang pernah
menjabat sebagai Pamong Desa adalah sebagai berikut :
-
Pan Gamong dari Tahun 1850 - 1885
sebagai Kelian Desa.
-
Pan Serubut dari Tahun 1885 - 1915
sebagai Kelian Desa.
-
Pan Mantra dari Tahun 1915 -1940 sebagai
Perbekel Desa.
-
Pan Sangka dari Tahun 1940 - 1944
sebagai Perbekel Desa.
-
Ida Komang Raden dari Tahun 1944 - 1957
sebagai Perbekel Desa.
-
I Ketut Budra dari Tahun 1957 - 1970
sebagai Perbekel Desa.
-
I Ketut Dibya dari Tahun 1970 - 1993
sebagai Kepala Desa.
-
I Komang Sinatra dari Tahun 1993 - 1995
sebagai Pejabat Kepala Desa.
-
I Wayan Utama dari Tahun 1995 - 2000
sebagai Kepala Desa.
-
Ida Bagus Oka dari Tahun 2000 - 2006
sebagai Kepala Desa.
-
I Made Sudita, AP. MSi dari Tahun 2006 -
2007 sebagai Pejabat Kepala Desa.
-
I Made Sueca Antara, ST dari Tahun 2007
- 2008 sebagai Perbekel Desa.
-
Putu Agus Irawan SSTP. MSi dari Tahun
2008 - 2009 sebagai Pejabat Perbekel Desa.
-
I Gusti Putu Suarma dari Tahun 2009
sampai dengan sekarang sebagai Perbekel Desa.
Pada saat dipimpin Perbekel
I Ketut Budra pada Tahun 1958 terjadi pembagian wilayah sesuai dengan derap
langkah pembangunan dewasa ini, Desa Dangintukadaya membuat kembali Tata
Pemerintahan Desa terdiri dari Tiga Banjar
yaitu :
-
Banjar
Dangintukadaya
-
Banjar
Sebual
-
Banjar
Yeh Mekecir
Setelah selesai
menjabat Perbekel pada Tahun 1970 diganti oleh I Ketut Dibya dari tahun 1970,
kembali terjadi pembagian wilayah atau pemekaran wilayah Banjar menjadi lima Banjar
yaitu Banjar Dangintukadaya
dimekarkan menjadi dua Banjar dan Banjar Yeh Mekecir dimekarkan menjadi
dua Banjar yaitu :
-
Banjar
Dangintukadaya
-
Banjar
Munduk
-
Banjar
Sebual
-
Banjar
Yehmekecir
-
Banjar
Munduk Kemoning